Hari
yang Penuh Arti
oleh: mukminatu
Pagi
itu adalah pagi yang indah, mentari bersinar dari arah timur menghiasi hari.
Burung-burung pun berkicau seakan-akan berlomba menyambut pagi. Dipagi itu
tepat pukul 5.30, suasana di desaku yang telletak di Kabupaten Purworejo sangatlah
menyenangkan, indah, penuh dengan tumbuh-tumbuhan dan udaranya sangat sejuk dan
begitu bersih tanpa ada sedikitpun polusi. Dipagi itu aku di ajak bapak untuk
ikut ke lading untuk membantu memetik ketela. oleh: mukminatu
Aku
pun ikut pergi keladang, selama ini memang aku jarang pergi ke lading karena
sibuk sekolah dan ketika libur aku di beri tugas untuk beres-beres rumah.
Ketika pukul 5.40 aku, ayah dan ibu pergi keladang, jalan menuju lading itu
bagus sehingga ibu menyuruhku melepas sandal.
“nduk
jalan keasana tuh jelek, licin jangan pake sandal, oya itu keranjang di bawah
ya “kata ibu ku
Kemudian
aku pergi mengambil keranjang, dan menggendongnya dengan selendang. Kami pergi
ke lading itu tanpa alas kaki, menelusuri jalan yang berliki, jalan yang
naik-turun bukit. Kami melewati jalanan-jalan yang becek, menyebrang tanggul
yang disertai air
. Tanggul itu sangat licin. “Bu kok licin sih, batu-batunya
pun berlumut” tanyaku karena aku bingung bagaimana caranya menyebrang.
“
makanya nak latihan, jangan dirumah terus kalo nyebrang ya itu lewat bebatuan,
tapi jangan injak batu yang berlumut kuning karena itu licin,” itulah kata-kata
ibuku. Kemudian aku menyebrang, banyak sekali batu dan hampir semuanya
berlumut, aku bngung jalan mana yang akan ku laui dan kakiku salah memilih
jalan aku menginjak batu yang berlumut kuning. Aku terpeleset, badanku terjatuh
di air dan menghantam batu. Sakit, itu
yang kurasa namun aku tetap bersyukur karena aku hanya terpeleset dan tidak
jatuh ke jurang yang berada di sisi jalan yang ku lalui itu. Kemudian aku
bangun dan meneruskan perjalanan.
30
menit waktu yang sudah kami lewatkan untuk menempuh perjalanan, banyaknya jalan
yang menanjak membuatku capek. Namun aku melihat ibuku yang menggendong pupuk
di keranjang, pupuk yang berat. Aku hanya bisa bicara dalam hati “ Ya Allah inilah rasa yang di rasa oleh
kedua orang tuaku, baru segini saja aku sudah merasa capek, bagaimana dengan
ibu bapak yang sambil membawa beban berat?”
Setelah
45 menit kami sampai diladang, kemudian aku membantu ayahku menarik pohon
ketela, ternyata menarik pohon ketela itu tidak mudah, berat, butuh tenaga dan
membuat tangan sakit. Setelah mendapat banyak kami mengupas kulitnya dan
memasukkan kekranjang, untuk mengupas ketela pun gak mudah, sehingga jari ku
terkena pisau dan berdarah.
Setelah
selesai kami pulang, saat pulang aku di suruh latihan menggendong keranjang
yang berisi ketela, berat rasanya tapi itu tak seberapa beratnya jik disbanding
keranjang yng di gendong ibu, dan kerangjang yng dipikul ayah. Kami pulang melewati
jlan tadi. “bu, sakit banget pungung dan bahuku”
Ibu
ku hanya tersenyum dan berkata” iya nak, begitulah rasanya menggendong
keranjang, punggung kita harus di gunakan untuk menumpu keranjang, dan pundak
kita harus tertarik selendang sehingga sakit”.
“sabar
ya min, makanya latihan kalo sudah biyasa ya
gak begitu sakit. Makanya kamu harus rajin belajar sekolahla dengan baik
agar kelak hidupmu enak tidak berat sepeti ini” ayahku ikut menasehati. Untung
waktu itu aku berada di depan, saat itu
aku hanya bisa menangis, rasa sakit, capek pun sudah tak kurasa lagi, yang aku
pikirkan adalah rasa kasihan kepada kedua orang tuaku demi menghidupi aku,
menyekolahkanku mereka setiap hari harus keladang, panas-panasan capek,
keringat mereka pun bercucuran tapi apa aku
tak bisa mbantu apa-apa.
Setelah
sampai dirumah, bahu ku merah, punggungku lecet-lecet, aku pun segera mandi dan
istirahat. Namun orang tuaku masih pergi ke tempat penggilingan ketela, setelah
mereka menggiling ketela mereka memerasnya hingga jam 1 siang barulah nmereka
mandi dan beristirahat. Kemudian jam 2 mereka pergi ke lading lagi untuk
mencari rumput.
Aku,
kini tau betapa besar pengorbanan orang tua demi anak-anaknya.
“maafkan
aku ayah, ibu selama ini aku belum bisa jadi anak yang baik, selama ini aku
selalu minta uang, aku selalu boros. Kini aku kan jadi anak yang baik yang kan
selalu berbakti dan mengingat pesan-pesanmu kan ku gapai cita-cita ku dan aku
kan berusaha membahagian kalian. Semoga suatu saat aku akan bisa meringankan
beban hidup kalian”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar