Selamat Datang Di Blog Mukminatun, Saran dan Kritik Sangat saya nantikan demi kemajuan Blog Ini

Jumat, 11 Januari 2013


Hari yang Penuh Arti 
oleh: mukminatu
Pagi itu adalah pagi yang indah, mentari bersinar dari arah timur menghiasi hari. Burung-burung pun berkicau seakan-akan berlomba menyambut pagi. Dipagi itu tepat pukul 5.30, suasana di desaku yang telletak di Kabupaten Purworejo sangatlah menyenangkan, indah, penuh dengan tumbuh-tumbuhan dan udaranya sangat sejuk dan begitu bersih tanpa ada sedikitpun polusi. Dipagi itu aku di ajak bapak untuk ikut ke lading untuk membantu memetik ketela.

Aku pun ikut pergi keladang, selama ini memang aku jarang pergi ke lading karena sibuk sekolah dan ketika libur aku di beri tugas untuk beres-beres rumah. Ketika pukul 5.40 aku, ayah dan ibu pergi keladang, jalan menuju lading itu bagus sehingga ibu menyuruhku melepas sandal.
“nduk jalan keasana tuh jelek, licin jangan pake sandal, oya itu keranjang di bawah ya “kata ibu ku
Kemudian aku pergi mengambil keranjang, dan menggendongnya dengan selendang. Kami pergi ke lading itu tanpa alas kaki, menelusuri jalan yang berliki, jalan yang naik-turun bukit. Kami melewati jalanan-jalan yang becek, menyebrang tanggul yang disertai air
. Tanggul itu sangat licin. “Bu kok licin sih, batu-batunya pun berlumut” tanyaku karena aku bingung bagaimana caranya menyebrang.

“ makanya nak latihan, jangan dirumah terus kalo nyebrang ya itu lewat bebatuan, tapi jangan injak batu yang berlumut kuning karena itu licin,” itulah kata-kata ibuku. Kemudian aku menyebrang, banyak sekali batu dan hampir semuanya berlumut, aku bngung jalan mana yang akan ku laui dan kakiku salah memilih jalan aku menginjak batu yang berlumut kuning. Aku terpeleset, badanku terjatuh di air dan menghantam batu.  Sakit, itu yang kurasa namun aku tetap bersyukur karena aku hanya terpeleset dan tidak jatuh ke jurang yang berada di sisi jalan yang ku lalui itu. Kemudian aku bangun dan meneruskan perjalanan.

30 menit waktu yang sudah kami lewatkan untuk menempuh perjalanan, banyaknya jalan yang menanjak membuatku capek. Namun aku melihat ibuku yang menggendong pupuk di keranjang, pupuk yang berat. Aku hanya bisa bicara dalam hati  “ Ya Allah inilah rasa yang di rasa oleh kedua orang tuaku, baru segini saja aku sudah merasa capek, bagaimana dengan ibu bapak yang sambil membawa beban berat?”

Setelah 45 menit kami sampai diladang, kemudian aku membantu ayahku menarik pohon ketela, ternyata menarik pohon ketela itu tidak mudah, berat, butuh tenaga dan membuat tangan sakit. Setelah mendapat banyak kami mengupas kulitnya dan memasukkan kekranjang, untuk mengupas ketela pun gak mudah, sehingga jari ku terkena pisau dan berdarah.

Setelah selesai kami pulang, saat pulang aku di suruh latihan menggendong keranjang yang berisi ketela, berat rasanya tapi itu tak seberapa beratnya jik disbanding keranjang yng di gendong ibu, dan kerangjang yng dipikul ayah. Kami pulang melewati jlan tadi. “bu, sakit banget pungung dan bahuku”

Ibu ku hanya tersenyum dan berkata” iya nak, begitulah rasanya menggendong keranjang, punggung kita harus di gunakan untuk menumpu keranjang, dan pundak kita harus tertarik selendang sehingga sakit”.
“sabar ya min, makanya latihan kalo sudah biyasa ya  gak begitu sakit. Makanya kamu harus rajin belajar sekolahla dengan baik agar kelak hidupmu enak tidak berat sepeti ini” ayahku ikut menasehati. Untung waktu itu aku berada di  depan, saat itu aku hanya bisa menangis, rasa sakit, capek pun sudah tak kurasa lagi, yang aku pikirkan adalah rasa kasihan kepada kedua orang tuaku demi menghidupi aku, menyekolahkanku mereka setiap hari harus keladang, panas-panasan capek, keringat mereka pun bercucuran tapi apa aku  tak bisa mbantu apa-apa.

Setelah sampai dirumah, bahu ku merah, punggungku lecet-lecet, aku pun segera mandi dan istirahat. Namun orang tuaku masih pergi ke tempat penggilingan ketela, setelah mereka menggiling ketela mereka memerasnya hingga jam 1 siang barulah nmereka mandi dan beristirahat. Kemudian jam 2 mereka pergi ke lading lagi untuk mencari rumput.
Aku, kini tau betapa besar pengorbanan orang tua demi anak-anaknya.
“maafkan aku ayah, ibu selama ini aku belum bisa jadi anak yang baik, selama ini aku selalu minta uang, aku selalu boros. Kini aku kan jadi anak yang baik yang kan selalu berbakti dan mengingat pesan-pesanmu kan ku gapai cita-cita ku dan aku kan berusaha membahagian kalian. Semoga suatu saat aku akan bisa meringankan beban hidup kalian”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar